PSJ UNS-Pusat Studi Jepang (PSJ) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bersama Program Studi (Prodi) Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) dan Urban Rural Design and Conservation Laboratory (URDC Labo) UNS mengadakan kegiatan workshop. Kegiatan bertajuk “Adaptive Reuse Project in Japan, Study Case of Kiki Kita-Senju Tokyo” ini berlangsung di Aula Gedung H.B. Sutopo FSRD UNS pada Senin (12/6/2023). Narasumber yang dihadirkan yaitu Masataro Takagi yang merupakan asisten profesor di Design Science Chiba University, Jepang. Selain itu, Ia juga merupakan praktisi dalam desain dengan approach adaptive reuse di Jepang. Kegiatan ini turut dihadiri oleh Kepala PSJ UNS, Dr. Eng. Kusumaningdyah N.H. S.T., M.T. dan peergroup PSJ UNS, Pandu Purwandaru, S.Ds., M.Ds., Ph.D. Dalam workshop ini Takagi sensei menjelaskan adaptive reuse baik secara universal di Jepang dan juga contoh kasus yang spesifik, yaitu proyeknya yang Bernama Kiki yang berlokasi di Kita-Senju Tokyo. Melalui pendekatan tersebut, Takagi sensei ‘menyulap’ rumah tua yang sudah tidak memiliki fungsi menjadi suatu hub bagi anak muda untuk mengenal teh tradisional Jepang. Pemilik dan desainer dari Kiki Kita-Senju, Tokyo tersebut juga membahas pengalaman dalam mendesain kafe dengan memanfaatkan bangunan eksisting tradisional Jepang melalui pendekatan adaptive reuse. Dalam membuat kegiatan kafe tersebut menjadi hidup, Takagi sensei juga membahas program-program apa saja yang ditawarkan berbasis potensi budaya yang ada di Jepang. Puluhan peserta dari FSRD UNS dan Prodi Arsitektur Fakultas Teknik (FT) UNS sangat antusias mengikuti workshop tersebut. Dengan adanya workshop ini diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan bagi mahasiswa untuk lebih mengembangkan kreativitasnya khususnya di bidang arsitektur dan interior.
Gandeng URDC Labo, Prodi Arsitektur, dan University of Vienna, PSJ UNS Adakan Workshop Japanese Traditional Paper-washi
PSJ UNS-Pusat Studi Jepang (PSJ) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan workshop dengan tema ‘Japanese Traditional Paper-washi and Its Culture’. Kegiatan ini bekerja sama dengan Urban Rudal Design and Conservation (URDC Labo) UNS, Prodi Arsitektur Fakultas Teknik (FT) UNS, dan University of Vienna, Austria. Dalam kegiatan yang berlangsung di UNS Inn pada Senin (22/5/2023), pemateri yang dihadirkan yaitu Mika Utsugi, mahasiswa University of Vienna, Mika Utsugi. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan budaya tradisional Jepang yang mulai ditinggalkan, yakni paper-washi tradisional yang biasa digunakan untuk membuat kreasi origami. Acara dibuka langsung oleh Ketua PSJ UNS, Dr. Eng. Kusumaningdyah N.H., S.T., M.T. Peserta kegiatan ini merupakan mahasiswa dan dosen UNS yang berasal dari berbagai program studi. Sebanyak 23 peserta tersebut antusias mengikuti kegiatan workshop sampai selesai. Dalam kegiatan ini, peserta diajarkan membuat 5 jenis origami, yaitu paper crane, decorative paper box, ribbon, kabuto-decorative samurai helmet, dan paper balloon. Peserta disediakan kertas origami dari panitia dan paper-washi asli dari Jepang. Mika Utsugi aktif memberikan tutorial dan mempraktikkan cara membuat origami. Melalui kegiatan ini, peserta diharapkan dapat mengaplikasikan kreasi origami dengan jenis-jenis lain dan motif kertas yang berbeda di lain kesempatan. Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas peserta dan membangun serta memperkuat relasi antara mahasiswa Indonesia dan Jepang. Kegiatan ditutup dengan foto bersama dan penutupan yang disampaikan oleh Dr. Eng. Kusumaningdyah N.H., S.T., M.T. Dengan adanya proses pertukaran budaya ini, mahasiswa UNS diharapkan mendapat ilmu-ilmu baru yang menarik dan bermanfaat dalam menempuh studi. Reporter: Bayu Prasetya
PSJ UNS Gandeng URDC Labo dan Kyushu University Adakan Advokasi Lingkungan Sehat dan Penghijauan di Kampung Metal
PSJ UNS-Pusat Studi Jepang (PSJ) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bersama Urban-Rural Design and Conservation Laboratory (URDC Labo) Arsitektur UNS dan Kyushu University, Jepang mengadakan advokasi lingkungan sehat dan penghijauan. Kegiatan tersebut berlangsung di Kampung Metal Mojo RW 01, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Sebelumnya, PSJ UNS bersama URDC Labo telah melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Kampung Metal pada awal 2020. Saat itu, masyarakat setempat masih bermukim di kawasan RISHA Mojo. Kemudian, kegiatan ini masih berlanjut secara berkesinambungan hingga saat ini. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala PSJ UNS yang sekaligus Kepala URDC Labo UNS, Dr. Eng. Kusumaningdyah N.H. S.T., M.T. dan Prof. Aya Hagishima dari Kyushu University, Jepang. Materi dalam workshop yang berlangsung selama dua kali pada 9 dan 16 April 2023 ini yaitu Grace Angelica Nadapdap dari Arsitektur FT UNS. Dalam materinya, Grace menyampaikan bahwa lingkungan dan rumah yang sehat terpenuhi jika kondisi udara, air, dan tanahnya bersih serta terbebas dari pencemaran dan polusi. “Rumah yang sehat itu penting karena berfungsi untuk menjaga kesehatan dan kenyamanan penghuninya. Beberapa manfaatnya antara lain menurunkan stres, mencegah penyebaran penyakit, mencegah berkumpulnya tikus dan serangga, mengurangi risiko alergi dan kambuhnya alergi, dan memberikan rasa nyaman,” jelasnya. Lebih lanjut, Ia menjelaskan beberapa cara untuk menjaga rumah yang sehat. Beberapa di antaranya yaitu dengan membersihkan tempat tidur, baju, dapur, dan lainnya setelah digunakan; membuat jadwal membersihkan rumah menyeluruh; hindari adanya genangan air di rumah dan sekitar; mengosongkan tempat sampah secara rutin; dan membuang sampah pada tempatnya dan melakukan pemilahan sampah sesuai jenisnya. “Selain itu juga dengan melakukan kegiatan kerja bakti dan rajin menanam tanaman. Lalu, mengolah tanah, mengolah limbah, melakukan reboisasi, dan memerangi penyakit. Kemudian, mulai dari lingkungan rumah dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah serta mendaur ulang sampah dan membuat pupuk kompos dari sisa-sisa makanan atau dedaunan,” tambahnya. Melalui kegiatan ini diharapkan menumbuhkan kesadaran masyarakat setempat untuk terus menjaga kebersihan lingkungan dan rumah.
Adakan Kuliah Tamu, PSJ UNS Hadirkan Dosen dari Kyushu University
PSJ UNS-Pusat Studi Jepang (PSJ) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bersama Urban Rural Design and Conservation (URDC Labo) Program Studi (Prodi) Arsitektur Fakultas Teknik (FT) UNS mengadakan kuliah tamu, Selasa (7/3/2023). Kegiatan yang digelar dalam rangka peringatan Dies Natalis ke-47 UNS ini merupakan kerja sama dengan Interdisciplinary Graduate School of Engineering Science (IGSES) Kyushu University, Jepang. Narasumber yang dihadirkan yaitu Prof. Dr. Eng. Aya Hagishima dari IGSES Kyushu University. Dalam materinya, Prof. Aya menyampaikan materi mengenai ‘Towards Realizing Carbon Neutral Buildings Recent Policy Implementation and Research Progress in Japan’. “Di Jepang, ada bangunan tradisional berkonsep rumah kayu, yaitu Todai-ji Temple di Nara. Strukturnya terbuat dari kayu semua dan memiliki lantai yang berada di atas tanah,” jelasnya. Ia menjelaskan bahwa model rumah atau bangunan seperti itu dapat menjaga kelembapan ruangan. Jika udara sedang dingin, kayu dapat membengkak sehingga mencegah kelembapan masuk ke ruangan. Sementara, saat udara di luar sedang panas, kayu dapat mengerut sehingga angin dapat masuk ke dalam ruangan. “Namun, saat ini di Jepang, setiap rumah pasti memiliki banyak peralatan listrik yang mengonsumsi energi, seperti microwave dan AC. Terjadi peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya, tapi saat ini masyarakat sudah mulai paham tentang konsep zero energy house. Mereka mulai memasang panel surya di atap-atap rumah mereka,” imbuhnya. Sebagai negara penghasil emisi CO2 terbanyak ke-5 di dunia, Jepang juga berkomitmen untuk meminimalkan greenhouse gas (GHG). Sebanyak 85% emisi di Jepang dihasilkan oleh emisi CO2 dan sebanyak 31,8% emisi CO2 tersebut berasal dari sektor bangunan, baik domestik maupun bisnis. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya dalam mereduksi emisi tersebut, salah satunya melalui zero energy house. “Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan memodulasi udara panas dalam ruangan melalui desain arsitektur. Bisa dilakukan dengan membuat ventilasi di setiap ruangan agar udara dapat dikendalikan, misal saat musim panas, udara panas dapat keluar dengan lancar. Sementara, saat musim dingin, ruangan dapat menahan suhu hangat di dalamnya,” tambahnya.
PSJ UNS Adakan Kuliah Tamu ‘Design Culture Class Series: Go Out Into the Field and Learn Life’
PSJ UNS-Kuliah tamu bertajuk Design Culture Class Series: Go Out Into the Field and Learn Life yang menghadirkan dosen Laboratorium Design Culture Chiba University, Aoki Hironobu, Ph.D. sukses digelar. Kegiatan tersebut merupakan prakarsa atas kerja sama antara Pusat Studi Jepang (PSJ) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), Urban Rural Design & Conservation (URDC) Labo Arsitektur Fakultas Teknik (FT) UNS dengan Chiba University, Jepang. Kuliah tamu yang berlangsung pada Senin (22/2/2023) ini diikuti oleh puluhan mahasiswa Prodi Arsitektur Fakultas Teknik (FT) dan Prodi Desain Interior FSRD UNS. Turut hadir dan sekaligus membuka acara, Kepala Prodi Desain Interior, Ambar Mulyono, S.Sn., M.T., Ph.D. yang juga merupakan alumnus Chiba University, Jepang. Dalam materinya, Aoki Hironobu, Ph.D. menyampaikan mengenai proses desain yang muncul dari sebuah budaya di Jepang. Desain tersebut akan berkelanjutan sehingga memunculkan sebuah kekayaan baru. “Terdapat tiga tahapan, pertama yaitu mencari dan menemukan kekayaan yang ada di masyarakat untuk diolah menjadi desain dan dikembalikan lagi ke masyarakat lokal tersebut. Hal ini dilakukan melalui survei lapangan dan wawancara. Melalui proses ini, dapat mengaktivasi kembali kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat,” jelasnya. Lebih lanjut, Ia menyampaikan bahwa pengumpulan gambar menjadi salah satu hal yang penting dalam proses ini karena masyarakat lokal akan lebih antusias dalam menceritakan peristiwa melalui foto atau gambar. Gambar atau foto tersebut dapat berfungsi sebagai media dalam membantu mereka mengingat memori lama yang sudah agak sedikit lupa. Selain itu, para penyurvei juga harus mencari tahu legenda-legenda lokal benda-benda khas yang kerap digunakan dalam budaya setempat. Informasi-informasi tersbeut dihimpun dalam sebuah catatan kecil, hal ini dilakukan oleh para penyurvei yang mayoritas mahasiswa Aoki Hironobu, Ph.D. “Setelah mendapat seluruh informasi, lalu dituangkan menjadi sebuah desain yang merepresentasikan kekayaan budaya setempat tersebut. Lalu, desainnya diaplikasikan ke contoh-contoh produk tertentu. Sebagai seorang pembuat desain, tidak hanya terbatas pada mendesain banyak hal, tetapi bagaimana agar dapat memanfaatkan informasi-informasi yang telah diperoleh menjadi sebuah desain,” paparnya. Lebih lanjut, Ia juga membagikan pengalamannya dalam meneliti dan mengobservasi artefak sejarah di Chiba, Jepang. Aoki Hironobu, Ph.D. khawatir terhadap hilangnya struktur sejarang yang ada di sana yang diakibatkan oleh penuaan artefak, bencana alam, pencurian, dan vandalisme. “Sebagai pencegahan, kami menggunakan Handy Type 3D Scanner dan Photogrammetery untuk menjaga kelestarian dari objek bersejarah. Metode ini menerapkan prinsip Structure for Motion (SfM) dengan meletakkan benda dan mengambil beberapa data foto dari beberapa sudut pandang. Hal ini menarik karena prosesnya tidak hanya mengambil data 3D, tetapi terbentuknya komunikasi antara warga dan pendesain, itulah makna sebenarnya dari proses desain ini,” imbuhnya. Usai pemaparan materi, kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi tanya jawab. Antusiasme mahasiswa terlihat dari banyaknya peserta yang bertanya mengenai materi yang disampaikan. Reporter: Bayu Prasetya
Pandu Purwandaru, Anggota PSJ UNS Mendapatkan Penghargaan Good Desain Indonesia
UNS, lppm.psj.uns.ac.id – Pandu Purwandaru, S.Ds., M.Ds., Ph.D., lulusan Chiba University yang merupakan anggota PSJ UNS mendapatkan penghargaan dari Good Desain Indonesia 2022 (GDI). Kolaborasi antara desainer furniture utama PT. Warisan Eurindo dari Bali, Sang Ayu Made membuat karya bersama. Karya tersebut dipublikasikan dan memperoleh rekomendasi dari Sekjen Asosiasi Desain Produk Industri Indonesia (ADPII) untuk diusulkan mengikuti Good Design Indonesia (GDI) karena dianggap potensial. Melalui saran tersebut, mereka berdua mengusulkan desain RUA untuk mengikuti kompetisi GDI. Desain yang Pandu dan Ayu yang disepakati yaitu desain stool dengan struktur kaki dari kayu jati dan cushion dari jerami padi yang diberikan nama ‘RUA’. Nama tersebut memiliki makna 2, yang maksudnya adalah kombinasi 2 material kayu dan jerami padi yang digabungkan menjadi sebuah karya stool yang harmonis antara material kayu dan jerami padi, serta dapat menjadi salah satu indentitas karya craft Indonesia yang berkarakter. “Karya ini juga terinspirasi dari filosofi wara atau jerami padi dalam Bahasa jepang, yang maknanya adalah jerami padi memiliki nilai yang sama dengan kayu secara pemanfaatan, sehingga kami mengkombinasikan 2 material yang memiliki values sama tersebut dalam tradisi Jepang” tutur Pandu. Pada awal pendaftaran terdaapt 496 karya yang diseleksi oleh 10 juri yang berlangsung pda 19 Mei 2022. lalu dalam tahap 1 penjurian tersebut diperoleh 88 karya yang masuk ketahap penjurian kedua hingga berkali-kali tahap diperoleh 62 karya. Dari karya terpilih tersebut dilakukan penjurian final untuk menentukan karya yang nantinya akan memperoleh predikat GDI 2022, hingga akhirnya RUA menjadi salah satu dari 40 karya nasional yang memperoleh penghargaan GDI 2022 tersebut. Dalam karya nya tersebut Pandu mengungkapkan tujuan karya tersebut dibuat. “Tujuannya untuk menciptakan market baru desain dengan material kayu dan jerami padi. Karena saat ini masih ada peluang sangat besar di slot tersebut. Jerami padi juga saat ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Oleh karena itu kami menginisiasi untuk memberdayakan Kelompok Wanita Tani (KWT) untuk dapat berpartisipasi dalam proses produksinya” ungkapnya. -Ain
Pusat Studi Jepang UNS Dampingi Paduan Suara Mahasiswa Voca Erudita ke kancah Internasional
UNS, lppm.psj.uns.ac.id – Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Voca Erudita UNS (VE UNS) mengikuti ajang kompetisi paduan suara tingkat internasional yaitu “4th Tokyo International Choir Competition” di Tokyo, Jepang. Sebuah kehormatan bagi Voca Erudita dapat tampil dalam Opening Concert ini bersama 2 paduan suara dari Jepang, (28/07/2022). Voca Erudita membawakan 6 lagu dengan berbagai style antara lain, Indonesia Pusaka; Besame Mucho (lagu berbahasa Spanyol); Segalariak (lagu berbahasa basque); Paris Barantai (lagu daerah Banjar, Kalimantan); Luk Luk Lumbu (Jawa Timur) dan Bungong Jeumpa (Aceh). Opening Concert ini sekaligus menjadi sarana Voca Erudita melaksanakan misi budaya dengan membawakan beberapa lagu daerah yang ditampilkan dengan koreografi khas dari daerah-daerah tersebut. Perjalanan Voca Erudita menuju kompetisi ke Jepang yaitu salah satunya menggaet PSJ UNS dalam pembekalan Bahasa Jepang nya. VE UNS mendapat kelas Kenal Budaya Jepang bersama PSJ UNS selama 4 kali pertemuan. VE UNS belajar bahasa Jepang secara dasar untuk digunakan sehari-hari dan pelafalan nya saja. Sebabnya salah satu lagu yang dikompetisikan juga berbahasa Jepang. Selain itu VE UNS juga belajar tentang budaya Jepang. Salah satu anggota VE, Rana mengatakan “Lumayan susah belajar bahasa Jepang, karena pronounce-nya sedikit berbeda dengan bahasa Indonesia, jadi perlu penyesuaian. Selain itu, kosakatanya juga tidak banyak yang serapan, jadi cukup sulit dihafal. Tapi tetep seru dan pengalaman tersendiri” “Alhamdulillah kami senang, karena sangat membantu untuk kehidupan kami disini. Seperti belajar kata sapaan, terima kasih dan lain-lain. Ketika kami bisa menggunakan bahasa Jepang, rasanya senang sekali” imbuhnya. Saat belajar bahasa Jepang yang digarap oleh Lira Anindita Utami, S.Ds., M.Phil., Ph.D lulusan Chiba University kini berprofesi Dosen FSRD UNS dan Alghiffari mahasiswa FEB UNS mendapat tanggapan menarik dari anggota VE saat belajar Bahasa Jepang bersama. Lira menyampaikan bahwa sangat senang dapat sharing pengalaman waktu di Jepang, bisa membantu hal-hal yang memang dibutuhkan, plus bisa mendengar teman-teman VE berlatih. Cukup menjadi healing moment buat Lira. Pringgo Widyo Laksono, selaku dosen yang mendampingi rombongan menyampaikan bahwa untuk TICC 2022 kali ini, Voca Erudita membawa 37 singer, 2 conductor, 1 official dan seorang dosen pendamping. Opening Concert berlangsung meriah dengan penampilan sesi 1 : Happy Melody (Jepang), disusul penampilan sesi 2: Voces Fidelis (Jepang) dan ditutup penampilan sesi 3 oleh Voca Erudita (Indonesia). Voca Erudita dibantu oleh mas Cahyo Wisnu Rubiyanto, alumni UNS yang sedang studi Doktor di Gifu University, Jepang untuk menjadi MC dalam bahasa Jepang ketika Voca Erudita tampil, sehingga arti dari setiap lagu yang dibawakan semakin tersampaikan kepada para penonton yang menyaksikan. Setelah Opening Concert selesai, Voca Erudita menerima tepuk tangan dan sorakan penonton seperti “Subarashii” yang berarti “Luar Biasa”, bahkan terdapat beberapa orang yang mengaku bahwa mereka menangis saat mendengarkan lagu Indonesia Pusaka. Salah satu warga Jepang, Kawai Suzuki menyampaikan “…Nyanyian serta gerakam tariannya sangat luar biasa kompak yang dilakukan satu grup besar. Semua lagu yang ditampilkan sangat mengagumkan dan gerakan tariannya sangat membuat lagu itu menjadi lebih hidup, keren banget!” ungkapnya. PSM Voca Erudita UNS menyabet gelar Champion of Mixed Choir Category, Champion of Contemporer Category, dan Champion of Folklore Category. Selain itu, Voca Erudita juga berhasil memperoleh penghargaan lain, yaitu Best Interpretation of Mixed Choir Compulsory Song “Aki Kaze Ni”, Best Interpretation of Contemporary Song Category “Under The Sea”, dan Best Interpretation of Baroque Choral Works “Die Himmel Erzahlen Die Ehre Gottes”. Selain PSM Voca Erudita UNS, PSJ UNS harap-harap dapat membantu para unit kegiatan didalam universitas maupun memperluas jaringan dalam berkegiatan di luar kampus UNS. Semoga VE UNS terus bekerja sama dengan PSJ UNS. -AI
Pusat Studi Jepang Bekerja Sama dengan HMA Prodi Arsitektur UNS Mengadakan Webinar Online Bertajuk “Serba Serbi Menjadi Arsitek di Jepang”
UNS, psj.lppm.uns.ac.id – Kegiatan Virtual Talk Series merupkan agenda diskusi bulanan yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Jepang Universitas Sebelas Maret (PSJ UNS). Kali ini berkegiatan bersama Progam Studi Arsitektur Fakultas Teknik UNS, Research Group Urban Rural Design and Conservation (URDC Labo) dan Himpunan Mahasiswa Arsitektur (HMA) UNS mengadakan webinar online bertajuk ‘Serba-serbi Menjadi Arsitek di Jepang’. Kegiatan ini juga menggandeng ikatan profesi yaitu Arsitek Indonesia (IAI) Surakarta. Webinar ini diselenggarakan melalui zoom meeting dan ditayangkan pada saluran You tube Fakultas Teknik UNS, 25/6/22. Pada kegiatan ini merupakan sharing pengalaman terkait bagaimana mempersiapkan diri bekerja di Jepang sebagai seorang Arsitek. Salah satu narasumber merupakan alumni Program Studi Arsitektur UNS, Naya Marsatyasti, S.T., M.Eng yang juga merupkan alumni S-2 Tokyo Institute of Technology, Japan. Narasumber kedua yaitu Tika Laras Kusuma, ST., M.Eng. Tika merupakan alumni S-1 Arsitektur Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan juga merupakan alumni S-2 di Osaka University. Kegiatan dihadiri sebanyak 100 peserta dari berbagai kalangan serta acara dibuka oleh sambutan Ketua IAI Kota Surakarta, Bapak Ar. Yunanto Nugroho, IAI. Pada kesempatan ini Yunanto mengemukakan pentingnya untuk melihat pengalaman berkarya arsitek yang bekerja secara professional di Jepang serta dukungan IAI Kota Surakarta untuk acara yang bisa memberikan wawasan atas etos kerja professional sebagai arsitek yang bisa didapatkan dari pengalaman bekerja sebagai Arsitek Profesional di Jepang. Selanjutnya sambutan dilakukan oleh Ketua Himpunan Mahasiswa Arsitektur (HMA) Prodi Arsitektur UNS yang diwakili oleh Satrio Aulia Firdaus (2020). Satrio mengatakan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat memberi pengetahuan bagi rekan mahasiswa dan penyemangat untuk bisa memiliki mimpi melanjutkan sekolah dan bekerja di Jepang. Terakhir sambutan dilakukan oleh perwakilan dari PSJ UNS, Ibu Elisa Herawatim S,Si., M.Eng., Ph.D merupakan sekretaris PSJ UNS, dosen Prodi Biologi FMIPA UNS sekaligus alumni Osaka Univesity, Japan. Ibu Elisa menyampaikan terkait profile PSJ UNS serta harapannya agar kegiatan ini bisa memberi banyak kebermanfaatan belajar dari kultur budaya di Jepang yang berbeda dengan kultur bekerja di Indonesia. Pada pemateri pertama, Naya banyak menyampaikan hal terkait pengalaman studi dan bekerjanya selama di Jepang. Naya menyampaikan hal-hal terkait dengan persiapan untuk bekerja sebagai arsitek di Jepang. Sebelumnya, Naya menyelesaikan studi arsitektur untuk jenjang S-1 dari Arsitektur UNS yang kemudian melanjutkan studi S-2 di Tokyo Institute of Technology, Japan Naya juga menyampaikan bahwa hal-hal yang perlu disiapkan ketika akan menjadi arsitektur di Jepang diantaranya yaitu mempersiapkan CV yang telah disesuaikan dengan format CV dari perusahaan yang bersangkutan dan portofolio. Naya menjelaskan bahwa portofolio yang diperlukan di perusahaan Jepang sedikit berbeda, cukup singkat saja tetapi dapat menjelaskan semua point penting dengan ruang yang minim. Hal yang paling penting yaitu perlu disiapkan pula penguasaan bahasa asing yaitu bahasa Jepang yang utama serta bahasa Inggris sebagai point plus. Kemudian, perlu juga menentukan tujuan perusahaan, perusahaan yang dituju bertipe bagaimana. Serta terakhir, job hunting dengan submit CV dan portofolio ke perusahaan yang diinginkan. Selain penyampaian materi terkait persiapan untuk berkarir sebagai arsitek di Jepang, Naya juga berbagi pengalamannya selama ia bekerja di beberapa perusahaan arsitek di Jepang. Dilanjut dengan sesi berikutnya, sesi materi dari narasumber kedua yaitu Tika Laras Kusuma. Tika menyampaikan bahwa untuk menjadi arsitek di Jepang diperlukan diantaranya yaitu, (1) mempelajari latar belakang serta benefit tempat kerja, (2) portofolio yang lebih menonjolkan kualitas daripada kuantitas, (3) mempelajari bahasa dan budaya setempat (Jepang dan tempat kerja), (4) mempelajari local regulation serta mendapatkan sertifikasi (opsional). Untuk sertifikasi, menurut kedua narasumber, meskipun dari perusahaan tidak menanyakan hal tersebut, tetapi akan lebih baik untuk mendapatkan sertifikasi. “Hal-hal yang paling penting untuk bisa enjoy kerja di Jepang itu mental, pengetahuan, toleransi, dan effort. Itu penting banget. Paling penting just be yourself. Walaupun in my peace tapi tetap melihat dan belajar.” Ujar Tika diujung pemaparannya. “Menjadi arsitek di Jepang itu tidak hanya dikelilingi objek arsitektur yang indah dan bagus, arsitek yang terkenal, tapi juga ada dunia arsitek lain yang menarik untuk digali. Mental kuat diperlukan banget. Tetap dikelilingi orang-orang terdekat atau bersilaturahmi sama orang Indonesia di Jepang juga perlu,” pungkas Naya di penghujung acara. Acara ini diakhiri dengan sesi penyerahan sertifikat pembicara sebagai bentuk kenang-kenangan, kemudian dilanjut dengan sesi foto bersama. Semoga adannya acara sharing ini dapat menambah pandangan baru dan bermanfaat untuk mahasiswa dan khalayak professional khususnya di bidang professional sebagai seorang Arsitektur. (ain)
Pusat Studi Jepang Mengadakan Kegiatan Diskursus Kelas Kenal Teh dan Workshop Menyeduh the Bersama Masyarakat Kampung Metal Mojo
UNS, psj.lppm.uns.ac.id – Kerja sama antar Unit Kerja Pengelolaan Pengetahuan teh WIKITI ,Koperasi Edukarya Negeri Lestari (KEN8), Teh Umran, Pusat Studi Jepang UNS, URDC Labo UNS,dan Arkom Solo mengadakan acara dengan tema Kelas Kenal Teh, Mengenali teh sebagai produk budaya; Cina, Jepang dan Indonesia bersama warga kampung Mojo, Semanggi, Surakarta. bertempat pada Aula Lantai 2, Kelurahan Mojo, Kampung Metal Mojo, Kec. Semanggi, 27/05. Pada acara tersebut disediakan beberapa ragam teh yang dapat diseduh, sembari memahami materi sejarah teh yang diberikan oleh pemateri. Teh berasal dari China dan di sana ada 7 dialek utama dan ada 2 jenis penyebutan berbeda untuk menyebut minuman tersebut. Teh dalam dialek Hokkian atau Min Nan yang dipraktekkan di wilayah Xiamen disebut sebagai te. Sedang dalam dialek Kanton yang dipraktekkan di wilayah Guangzhou, disebut sebagai cha. Pada masa Dinasti Tang (618 -907 M), teh dinikmati dengan cara direbus. Proses teh dengan mencincang, menyangrai, menumbuk, dan menyimpannya dalam bentuk bongkahan seperti batu bata. Kemudian mengambil sepotong untuk direbus saat akan dinikmati. Meski budaya popular menikmati teh saat itu direbus bersama beragam bahan lain, menikmati teh secara tunggal dipraktekkan oleh golongan terpelajar juga para biksu dipusat-pusat pengkajian Buddhisme. Kemudian Dinasti Song (907 – 1279 M), Menikmati teh dengan cara dikocok, berupa teh dalam bentuk bubuk halus. Mulai dikenal budidaya teh Berkembang metode pemetikan. Pemetikan dilakukan lebih hati-hati dan dilakukan bersama ritual agama Teh dihindari teroksidasi dengan proses dikukus (steamed) Dikenal teh putih; teh yang cukup dijemur Dinasti Yuan (1271 – 1368), pada masa ini agama teh dilarang. Lalu, masa-masa desakralisasi & sekularisasi teh. Teh sekedar pendamping makan kecil. Yum Cha = teh + dimsum. Mulai dikenal Chaoqing, proses penghentian oksidasi dengan disangrai dalam wajan. Masa pertama China terhubung dengan Eropa. Menyerang Jepang, Korea dan Jawa masing-masing 2 kali. Dinasti Ming (1368 – 1644), Era menikmati teh dengan diseduh (steeped). Menyeduh teh menggunakan beragam pottery yang indah. Muncul jenis teh yang memanfaatkan oksidasi Teh di Jepang yang tetap sakral Inovasi inkremental & harmoni. Dalam hal teh, hubungan bangsa China dan Jepang layaknya hubungan guru dan murid, hingga masa Kublai Khan menyerang negara kecil tetangganya ini. Jepang tak hanya memenangi peperangan, namun juga menjadi pewaris tunggal tradisi tinggi kebudayaan teh yang ribuan tahun dikembangkan Sang Guru. Masyarakat Jepang belajar dari gurunya dengan mengalami keseluruhan tiga tahap evolusi teh di Cina. Tahun 1211, sepuluh tahun setelah kepulangannya dari Cina, Eisai menulis beragam manfaat teh untuk kesehatan dalam ‘Kissa Yojoki’. Metode pengolahan teh matcha banyak mendapat perbaikan, terutama di kebun teh di prefektur Uji, utara Kyoto. Ragam teh di Jepang juga berkembang dengan banyak rupa. Semua dasarnya adalah teh hijau, tak ada model teh hitam yang berkembang di sini. Ragam teh tersebut antara lain; ● Matcha: teh dengan wujud bubuk sangat halus. Melalui tahapan penaungan 3 minggu sebelum panen. Teh yang kerap digunakan dalam upacara keagamaan. ● Gyokuro: Tahapan proses yang sama dengan matcha (dinaungi selama 3 minggu), hanya saja tiap helai daun dipilin satu persatu kemudian disangrai. Wujud hasilnya berupa teh yang memanjang seperti jarum dan disajikan dengan metode diseduh (steeped). Gyokuro dan Matcha diolah dari bahan baku daun teh yang sama; ternaungi dan dipetik pada momentum petik pertama. ● Sencha: Teh yang diproses dalam wujud seperti gyokuro, hanya saja dipanen tanpa ada tahapan penaungan. Kebun dalam kondisi terkena sinar matahari. Teh sencha adalah jenis teh yang paling umum dikonsumsi. Umumnya Sencha dipetik pada momentum petik kedua dan ketiga. ● Shincha: Teh sencha yang dipanen petik pertama di awal musim semi, di momentum petik pertama. ● Bancha: Seperti teh sencha hanya saja dipetik kali ke-4 sebelum akhirnya daun teh mulai berguguran memasuki musim gugur. Di sini teh yang digunakan tidak selalu teh yang dipetik dari pucuk dan 3 helai dibawahnya. Seringkali yang digunakan untuk bancha adalah daun yang sudah cenderung tua. Proses petik daun tidak lagi selektif secara manual menggunakan tangan, tapi menggunakan beragam alat bantu mulai dari gunting manual hingga mesin pemotong. Teh jenis ini banyak dikembangkan menjadi beragam varian. Antara lain; genmaicha, hojicha dan kukicha. ● Genmaicha: Teh bancha yang disangrai bersama beras. Fungsinya sebagai pengisi supaya harga lebih terjangkau oleh orang kebanyakan. ● Hojicha: Teh bancha yang disangrai dengan metode sangat sederhana, hanya menggunakan gerabah dengan api dari arang kayu. ● Kukicha: Teh bancha yang disangrai bersama ranting-ranting pohon teh. Diskursus Kelas Kenal Teh ini memberikan manfaat luar biasa untuk para masyarakatt yang datang, dari diskursus ini menambah wawasan kita tentang beragam teh dan sejarahnya. Tak luput dapat kita cicipi beberapa teh yang disediakan. Berharap agar kegiatan seperti ini dapat diteruskan di waktu lain. -AI
Pusat Studi Jepang Turut Serta dalam Event Job Fair XXIII Career Development Center UNS
UNS, psj.lppm.uns.ac.id – Career Development Center (CDC) Kembali mengadakan Job Fair XXIII 2022, yang diselenggarakan selama 2 hari pada tanggal 24-25 Mei secara daring via zoom serta ditayangkan pada saluran Youtube CDC UNS. CDC ini merupakan platform untuk mendapatkan informasi lowongan pekerjaan dan berbagai artikel terkait dengan pengembangan karir. Dapat juga memasang lowongan pekerjaan dari perusahaan yang mencari calon pekerja. Dalam Job Fair yang diadakan selama dua hari tersebut berisi perihal lowongan pekerjaan dari beberapa perusahaan. PSJ UNS berkesempatan memaparkan pada hari pertama yang dibawakan oleh Naya Marsatyasti alumni prodi Arsitektur, Fakultas Teknik, UNS. Pada kesempatannya, Naya memaparkan materi dengan judul “Berkarir di jepang”. Naya menjelaskan Berkarir di Jepang sesuai dengan pengalamannya. “ada tiga point yang akan saya sampaikan, yaitu peluang berkarir di Jepang, kompetensi berkarir di Jepang, dan budaya kerja di Jepang.” Ungkapnya Naya menjelaskan point yang pertama peluang berkarir di Jepang yaitu dapat melamar di perusahaan Jepang langsung atau melalui Job Fair, kedua mengikuti workshop perusahaan Jepang, dan bisa ketika melanjutkan bekerja setelah sekolah di kampus Jepang. Kompetensi bekerja di Jepang pula sama seperti pada umumnya, new graduates dan mid-career. Pada new graduates atau baru saja lulus yang tidak memiliki pengalaman mendapatkan gaji yang sesuai lulusan Bachelor dan Master Degree dan yang paling penting menguasai Bahasa Jepang N3/N2 level dan Bahasa Inggris. Alur melamar pekerjaan secara umum yang digunakan beberapa perusahaan di Jepang tergantung industry dan tipe perusahaan yaitu, Cek website untuk lowongan pekerjaan, seleksi dokumen, ujian tulis, ujian wawancara, ujian wawancara akhir, yang terakhir pengumuman final. Alur untuk bekerja sebagai Pekerja Berketerampilan Spesifik di Jepang berikut Naya melampirkan link https://www.id.emb-japan.go.jp/ssw/introduction/ Naya juga memberi tahu tentang budaya kerja yang ada di Jepang, diharapkan memahami norma komunikasi karena orang Jepang tidak suka ketidaklangsungan dan menghindari konfrontasi konflik. Manajemen waktu sangat berharga harus tepat dimanfaatkan. Dalam Kerja tim dan penghargaan disana kegagalan dan keberhasilan dibagikan secara kolektif. Jika hendak bekerja di Jepang yang paling penting yaitu terus mencari informasi dari mana saja, juga memiliki wawasan dan niat untuk tinggal di Jepang. -Ai