UNS, psj.lppm.uns.ac.id – Kegiatan Virtual Talk Series merupkan agenda diskusi bulanan yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Jepang Universitas Sebelas Maret (PSJ UNS). Kali ini berkegiatan bersama Progam Studi Arsitektur Fakultas Teknik UNS, Research Group Urban Rural Design and Conservation (URDC Labo) dan Himpunan Mahasiswa Arsitektur (HMA) UNS mengadakan webinar online bertajuk ‘Serba-serbi Menjadi Arsitek di Jepang’. Kegiatan ini juga menggandeng ikatan profesi yaitu Arsitek Indonesia (IAI) Surakarta. Webinar ini diselenggarakan melalui zoom meeting dan ditayangkan pada saluran You tube Fakultas Teknik UNS, 25/6/22.
Pada kegiatan ini merupakan sharing pengalaman terkait bagaimana mempersiapkan diri bekerja di Jepang sebagai seorang Arsitek. Salah satu narasumber merupakan alumni Program Studi Arsitektur UNS, Naya Marsatyasti, S.T., M.Eng yang juga merupkan alumni S-2 Tokyo Institute of Technology, Japan. Narasumber kedua yaitu Tika Laras Kusuma, ST., M.Eng. Tika merupakan alumni S-1 Arsitektur Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan juga merupakan alumni S-2 di Osaka University.
Kegiatan dihadiri sebanyak 100 peserta dari berbagai kalangan serta acara dibuka oleh sambutan Ketua IAI Kota Surakarta, Bapak Ar. Yunanto Nugroho, IAI. Pada kesempatan ini Yunanto mengemukakan pentingnya untuk melihat pengalaman berkarya arsitek yang bekerja secara professional di Jepang serta dukungan IAI Kota Surakarta untuk acara yang bisa memberikan wawasan atas etos kerja professional sebagai arsitek yang bisa didapatkan dari pengalaman bekerja sebagai Arsitek Profesional di Jepang. Selanjutnya sambutan dilakukan oleh Ketua Himpunan Mahasiswa Arsitektur (HMA) Prodi Arsitektur UNS yang diwakili oleh Satrio Aulia Firdaus (2020). Satrio mengatakan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat memberi pengetahuan bagi rekan mahasiswa dan penyemangat untuk bisa memiliki mimpi melanjutkan sekolah dan bekerja di Jepang. Terakhir sambutan dilakukan oleh perwakilan dari PSJ UNS, Ibu Elisa Herawatim S,Si., M.Eng., Ph.D merupakan sekretaris PSJ UNS, dosen Prodi Biologi FMIPA UNS sekaligus alumni Osaka Univesity, Japan. Ibu Elisa menyampaikan terkait profile PSJ UNS serta harapannya agar kegiatan ini bisa memberi banyak kebermanfaatan belajar dari kultur budaya di Jepang yang berbeda dengan kultur bekerja di Indonesia.
Pada pemateri pertama, Naya banyak menyampaikan hal terkait pengalaman studi dan bekerjanya selama di Jepang. Naya menyampaikan hal-hal terkait dengan persiapan untuk bekerja sebagai arsitek di Jepang. Sebelumnya, Naya menyelesaikan studi arsitektur untuk jenjang S-1 dari Arsitektur UNS yang kemudian melanjutkan studi S-2 di Tokyo Institute of Technology, Japan
Naya juga menyampaikan bahwa hal-hal yang perlu disiapkan ketika akan menjadi arsitektur di Jepang diantaranya yaitu mempersiapkan CV yang telah disesuaikan dengan format CV dari perusahaan yang bersangkutan dan portofolio. Naya menjelaskan bahwa portofolio yang diperlukan di perusahaan Jepang sedikit berbeda, cukup singkat saja tetapi dapat menjelaskan semua point penting dengan ruang yang minim. Hal yang paling penting yaitu perlu disiapkan pula penguasaan bahasa asing yaitu bahasa Jepang yang utama serta bahasa Inggris sebagai point plus. Kemudian, perlu juga menentukan tujuan perusahaan, perusahaan yang dituju bertipe bagaimana. Serta terakhir, job hunting dengan submit CV dan portofolio ke perusahaan yang diinginkan. Selain penyampaian materi terkait persiapan untuk berkarir sebagai arsitek di Jepang, Naya juga berbagi pengalamannya selama ia bekerja di beberapa perusahaan arsitek di Jepang.
Dilanjut dengan sesi berikutnya, sesi materi dari narasumber kedua yaitu Tika Laras Kusuma. Tika menyampaikan bahwa untuk menjadi arsitek di Jepang diperlukan diantaranya yaitu, (1) mempelajari latar belakang serta benefit tempat kerja, (2) portofolio yang lebih menonjolkan kualitas daripada kuantitas, (3) mempelajari bahasa dan budaya setempat (Jepang dan tempat kerja), (4) mempelajari local regulation serta mendapatkan sertifikasi (opsional). Untuk sertifikasi, menurut kedua narasumber, meskipun dari perusahaan tidak menanyakan hal tersebut, tetapi akan lebih baik untuk mendapatkan sertifikasi.
“Hal-hal yang paling penting untuk bisa enjoy kerja di Jepang itu mental, pengetahuan, toleransi, dan effort. Itu penting banget. Paling penting just be yourself. Walaupun in my peace tapi tetap melihat dan belajar.” Ujar Tika diujung pemaparannya.
“Menjadi arsitek di Jepang itu tidak hanya dikelilingi objek arsitektur yang indah dan bagus, arsitek yang terkenal, tapi juga ada dunia arsitek lain yang menarik untuk digali. Mental kuat diperlukan banget. Tetap dikelilingi orang-orang terdekat atau bersilaturahmi sama orang Indonesia di Jepang juga perlu,” pungkas Naya di penghujung acara.
Acara ini diakhiri dengan sesi penyerahan sertifikat pembicara sebagai bentuk kenang-kenangan, kemudian dilanjut dengan sesi foto bersama. Semoga adannya acara sharing ini dapat menambah pandangan baru dan bermanfaat untuk mahasiswa dan khalayak professional khususnya di bidang professional sebagai seorang Arsitektur. (ain)