PSJ UNS-Kuliah tamu bertajuk Design Culture Class Series: Go Out Into the Field and Learn Life yang menghadirkan dosen Laboratorium Design Culture Chiba University, Aoki Hironobu, Ph.D. sukses digelar. Kegiatan tersebut merupakan prakarsa atas kerja sama antara Pusat Studi Jepang (PSJ) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), Urban Rural Design & Conservation (URDC) Labo Arsitektur Fakultas Teknik (FT) UNS dengan Chiba University, Jepang.

Kuliah tamu yang berlangsung pada Senin (22/2/2023) ini diikuti oleh puluhan mahasiswa Prodi Arsitektur Fakultas Teknik (FT) dan Prodi Desain Interior FSRD UNS. Turut hadir dan sekaligus membuka acara, Kepala Prodi Desain Interior, Ambar Mulyono, S.Sn., M.T., Ph.D. yang juga merupakan alumnus Chiba University, Jepang.

Dalam materinya, Aoki Hironobu, Ph.D. menyampaikan mengenai proses desain yang muncul dari sebuah budaya di Jepang. Desain tersebut akan berkelanjutan sehingga memunculkan sebuah kekayaan baru.

“Terdapat tiga tahapan, pertama yaitu mencari dan menemukan kekayaan yang ada di masyarakat untuk diolah menjadi desain dan dikembalikan lagi ke masyarakat lokal tersebut. Hal ini dilakukan melalui survei lapangan dan wawancara. Melalui proses ini, dapat mengaktivasi kembali kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat,” jelasnya.

Lebih lanjut, Ia menyampaikan bahwa pengumpulan gambar menjadi salah satu hal yang penting dalam proses ini karena masyarakat lokal akan lebih antusias dalam menceritakan peristiwa melalui foto atau gambar. Gambar atau foto tersebut dapat berfungsi sebagai media dalam membantu mereka mengingat memori lama yang sudah agak sedikit lupa.

Selain itu, para penyurvei juga harus mencari tahu legenda-legenda lokal benda-benda khas yang kerap digunakan dalam budaya setempat. Informasi-informasi tersbeut dihimpun dalam sebuah catatan kecil, hal ini dilakukan oleh para penyurvei yang mayoritas mahasiswa Aoki Hironobu, Ph.D.

“Setelah mendapat seluruh informasi, lalu dituangkan menjadi sebuah desain yang merepresentasikan kekayaan budaya setempat tersebut. Lalu, desainnya diaplikasikan ke contoh-contoh produk tertentu. Sebagai seorang pembuat desain, tidak hanya terbatas pada mendesain banyak hal, tetapi bagaimana agar dapat memanfaatkan informasi-informasi yang telah diperoleh menjadi sebuah desain,” paparnya.

Lebih lanjut, Ia juga membagikan pengalamannya dalam meneliti dan mengobservasi artefak sejarah di Chiba, Jepang. Aoki Hironobu, Ph.D. khawatir terhadap hilangnya struktur sejarang yang ada di sana yang diakibatkan oleh penuaan artefak, bencana alam, pencurian, dan vandalisme.

“Sebagai pencegahan, kami menggunakan Handy Type 3D Scanner dan Photogrammetery untuk menjaga kelestarian dari objek bersejarah. Metode ini menerapkan prinsip Structure for Motion (SfM) dengan meletakkan benda dan mengambil beberapa data foto dari beberapa sudut pandang. Hal ini menarik karena prosesnya tidak hanya mengambil data 3D, tetapi terbentuknya komunikasi antara warga dan pendesain, itulah makna sebenarnya dari proses desain ini,” imbuhnya.

Usai pemaparan materi, kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi tanya jawab. Antusiasme mahasiswa terlihat dari banyaknya peserta yang bertanya mengenai materi yang disampaikan.

Reporter: Bayu Prasetya