Rural tourism atau desa wisata adalah salah satu program kepariwisataan yang diusung oleh hampir semua negara di dunia. Pemerintah juga telah menjadikannya sebagai salah satu program unggulan kepariwisataan. Mengapa destinasi wisata bergerak ke daerah pedesaan? Banyak pakar yang berargumen bahwa terjadi kejenuhan wisatawan pada jenis-jenis objek wisata yang bersifat artifisial, dan adanya kecenderungan baru untuk menikmati suasana yang lebih alami. Wisatawan yang umumnya berasal dari daerah perkotaan menghendaki objek wisata yang sifatnya menawarkan kehidupan yang lebih slow, terhindar dari hiruk pikuk dan kebisingan perkotaan. Rural tourism menjawab keinginan ini.
Tim Pusat Studi Jepang pada bulan Mei hingga Agustus 2014, telah melakukan Kerjasama dengan BAPPEDA Ponorogo untuk menyelenggarakan Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Ponorogo. Kegiatan riset dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu tahap pemetaan potensi desa wisata, analisa hasil pemetaan, dan penyusunan rekomendasi pengembangan desa wisata.
Tiga desa ditunjuk sebagai calon desa, yaitu Desa Ngebel, Desa Gondowido, dan Desa Jurug. Desa Ngebel dan Gondowido adalah dua desa yang terletak di Kawasan Telaga Ngebel. Konsep rural tourism yang diadopsi adalah Rural Tourism di Lake Biwa yang terletak di Saga Prefecture. Lake Biwa adalah salah satu danau terbesar di Jepang. Salah satu pola pengembangan wisata yang patut diacungi jempol adalah kesadaran masyarakat sekitar danau untuk berhenti menggunakan detergen yang dapat menyebabkan pencemaran di air danau. Selain kebersihan, Lake Biwa juga menonjolkan kehidupan desa yang sangat khas, dan menawarkan home stay rumah warga, makanan khas, budaya lokal yang mewakili tradisi khas pedesaan Jepang.