UNS, psj.lppm.uns.ac.id – PPI Jepang bekerjasama dengan PSJ (Pusat Studi Jepang) UNS, PERSADA SOLO, dan I4 (Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional) mengadakan agenda bersama pakar membahas kesiapan pendidikan di tengah pandemi covid-19. Turut mengundang para pembicara yang luar biasa yaitu, David Virya Chen, PhD; Des. Ass. Prof. Miftahul Huda; dan Murni Ramli, S.P., M.Si., Ed.D. dosen di Departemen Pendidikan Biologi, Universitas Sebelas Maret. Serta moderator yang memimpin jalannya diskusi ini oleh Mercy B. Yunindanova. Diskusi ini dilaksakan pada 19/02/2022 bertempat di zoom pukul 10.00-12.00 JST; 08.00-10.00 WIB.

Diskusi ini disambut hangat oleh Wakil Rektor UNS yaitu Prof. Dr. rer. nat Sajidan, beliau mengatakan bahwa kolaborasi ini sangat bermanfaat dengan tema yang sangat relevan dengan keadaan pandemi yang membersamai kita selama hampir dua tahun yang berdampak dalam pendidikan bukan hanya di Indonesia namun seluruh dunia. Kemudian juga Atasan kependidikan dan kebudayaan KBRI Tokyo, Prof. Yusli Wardianto menyampaikan sambutan yang penuh dengan harapan.

“saya berharap kita mampu mengambil sintesis apa yang disampaikan oleh para pembicara, yang dapat disampaikan kepada teman-teman Indonesia. Semoga bermanfaat bagi banyak masyarakat Indonesia dan belajar dari jepang, kami akan siap membantu karena tugas-tugas kami adalah menjembatani potensi kerjasama antara pendidikan dan riset Indonesia dengan pendidikan dan riset Jepang.” Tutur Prof. Yusli

Mercy Bientry Yunindanova, S.P., M.Si. sebagai moderator dalam diskusi ini tergabung dalam grup Pusat Studi Jepang (PSJ) UNS. Beliau sedang menempuh pendidikan mahasiswa Ph.D di Departemen Bioteknologi, Pascasarjana Teknik Universitas Osaka. Beliau juga Dosen Progam Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian UNS.

Dalam diskusi tersebut Murni Ramli, S.P, M.Si., Ed.D sebagai pembicara, membahas tentang kesiapan dan urgensi PTM pada masa pandemi di Indonesia. Beliau menyampaikan perihal fakta persekolahan masa pandemi di Indonesia yaitu seperti proses belajar mengajar semuanya berlangsung secara daring. Kemduian hanya 46% guru Indonesia yang siap dengan kemampuan IT (survey Kemendikbud) yang berarti banyak terjadi gagap teknologi. Lalu, tidak semua siswa memiliki akses internet atau electricity, termasuk tools untuk mengaksesnya.

Murni Ramli, S.P.,  M.Si., Ed.D merupakan Dosen di Departemen Pendidikan Biologi, UNS. Beliau juga lulusan Pascasarjana Pendidikan dan Pengembangan Manusia di Universitas Nagoya dengan jurusan Manajemen Kurikulum. Beliau memiliki banyak pengalaman salah satunya Koordinator Layanan Mahasiswa dan Kemitraan Internasional – Unit Layanan dan Kemitraan Internasional . Beliau juga tergabung dalam grup Pusat Studi Jepang.

Beliau juga menjelaskan apa saja yang perlu diperhatikan dalam penerapan PTM (Pembelajaran Tatap Muka), yaitu dengan School Management yang mengikuti kebijakan Kemendikbud, Kemenkes, Kemenag, dan Kemendagri. Kemudian fasilitas sekolah dengan akses internet, perangkat keras untuk hybrid class, dan tools protokol kesehatan yang standart. Lalu, dengan Adapted or Flexible Curriculum kurikulum hybrid menggabungkan beberapa konten atau disiplin keilmuan, memperbanyak konten kontekstual termasuk topik-topik Disease (health eduacation di jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, PT) riset LP, game virus, game immune system. Kemudian dilanjutkan dengan Teaching and Learning Process, dengan peningkatan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) guru atau dosen yang khas untuk pola pembelajaran hybrid perlu adanya upgrading terkait pembelajaran dan penugasan bermakna, berlandaskan learning outcomes dengan psikologis peserta didik. Lalu, dikembalikan pada empat pilar pembelajaran UNESCO: learning to know, learning to do, learning to be, learning ti live together (dalam kondisi pandemi).

 Dalam sesi tanya jawab salah satu pertanyaan dijawab oleh Murni, yaitu tips pembelajaran selama pandemi secara efektif dan dapat memperdayakan pendidikan karakter dengan maksimal.

“…., lebih banyak tugas berbentuk project, materi dipersingkat, dengan sistem penilaian dari teman-temannya ketika dalam mengerjakan project tersebut, kalau dosen hanya dapat melihat perilaku sikap, diskusi selama di zoom dengan projects itu juga,….” Jawab Murni.

Sepanjang diskusi tersebut, Mercy selaku moderator dapat menggandeng jalannya acara dengan luwes. Menyampaikan pertanyaan-pertanyaan dari para hadirin kepada para pembicara dengan begitu mudah, dan membuat suasana lebih nyaman dalam berjalannya diskusi tersebut. Moderator juga menyampaikan bahwa diskusi ini sangat membuat para hadirin bersemangat karena rasa penasaran itu terus menerus membuat para hadirin banyak melontarkan pertanyaan. Beliau berharap waktu yang akan datang dapat dilaksanakannya kembali workshop kerjasama seperti ini, karena sangat terlihat gelora semangat partisipan yang mengikuti diskusi kali ini. (ain)