UNS, psj.lppm.uns.ac.id – Jepang merupakan negara primadona bagi banyak pelajar dan lulusan perguruan tinggi di Indonesia yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri, termasuk bagi Arikasuci Fitonna Ridassepri yang merupakan Alumnus Program Studi (Prodi) S-2 Kimia Sekolah Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Arikasuci -sapaan akrabnya- berhasil lolos sebagai penerima beasiswa Monbukagakusho atau MEXT. Adapun, beasiswa Monbukagakusho berasal dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Jepang yang diperuntukkan bagi pelajar atau lulusan perguruan tinggi di Indonesia yang ingin berkuliah di Negeri Sakura.

Melalui beasiswa tersebut, ia berhasil menjadi research student pada program doctoral degree di Department of Engineering Science University of Electro-Communications (UEC), Tokyo. UEC merupakan mitra perguruan tinggi yang sudah menandatangai Memorandum of Understanding (MoU) dengan UNS pada 9 Januari 2020 silam.

Saat dihubungi melalui pesan singkat oleh psj.lppm.uns.ac.id, Arikasuci menceritakan ihwal keinginannya melanjutkan studi di Negeri Sakura. Ia mengatakan, sudah pernah mengunjungi Jepang pada bulan Oktober 2019 lalu melalui program Sakura Science yang diadakan oleh Japan Student Services Organization (JASSO).

Lewat pengalamannya itu, ia menilai suasana di Jepang sangat bersih dan segar. Belum lagi, ditambah dengan kepribadian masyarakat Jepang yang dikenal disiplin dan tertib.

Arikasuci menambahkan, masyarakat Jepang juga ramah terhadap orang asing walau mereka memiliki keterbatasan dalam berbahasa asing. Ia menceritakan, masyarakat Jepang juga membantunya ketika kesulitan menemukan restoran Muslim atau mencari jalan menuju hotel tempatnya menginap.

“Saya pikir tinggal di Jepang akan membantu saya mengembangkan kepribadian yang lebih baik sebagai bekal saya dalam berkarir kelak dikemudian hari,” ujarnya.

Ia menerangkan, kebetulan penelitian untuk tesisnya saat masih menempuh studi di Sekolah Pascasarjana UNS di bawah bimbingan Dr. Fitria Rahmawati merupakan Joint Research Project dari Japan Society for the Promotion of Science (JSPS) dari tahun 2018-2021.

Tema yang diusung dalam penelitiannya adalah interdisciplinary science, dengan melibatkan dosen dari Fakultas Teknik (FT) UNS, yaitu Dr. Budi Kristiawan yang merupakan Direktur Branch Office UEC di Pascasarjana UNS. Mulai dari situlah, Dr. Budi Kristiawan selalu memberikan informasi kepada Arikasuci soal UEC yang merupakan mitra perguruan tinggi UNS di Tokyo, Jepang.

“Pada saat riset di JSPS, saya diberikan kesempatan berharga untuk mengikuti program Sakura Science. Sejak saat itu, saya tahu mengenai informasi beasiswa tersebut dan tertarik untuk belajar di Jepang. Saya juga mengikuti webinar UEC EDU Fest 2021 yang diselenggarakan oleh UEC Office pada bulan Maret 2021,” lanjutnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, ada banyak berkas yang harus dipersiapkan untuk dapat mendaftar pada beasiswa Monbukagakusho, seperti formulir pendaftaran, abstrak tugas akhir dalam bahasa Inggris, transkrip nilai, ijazah, proposal penelitian, surat rekomendasi dari pihak universitas, baik dari pembimbing, dekan, atau rektor sesuai kebutuhan, rekomendasi dari calon pembimbing di Jepang, sertifikat TOEFL, dan pasfoto formal.

Ia mengutarakan, usai berkas dikumpulkan masih ada sejumlah tahapan seleksi yang harus dilalui. Seperti, seleksi administratif yang kemudian dilanjutkan dengan wawancara dengan calon pembimbing dan wawancara formal dengan pihak universitas dan kemahasiswaan.

“Beasiswa Monbukagakusho sendiri terdiri dari dua jalur masuk, yaitu melalui Kedubes Jepang dan jalur U to U atau universitas dengan universitas. Kebetulan saya sudah pernah mendaftar keduanya,” terang Arikasuci.

“Perlu juga mencari kampus yang ingin dituju beserta calon pembimbing, membuat proposal penelitian yang ringkas, jelas, serta memiliki new finding atau keterbaruan, mempersiapkan surat rekomendasi, publikasi internasional, dan target kelulusan yang dalam artian dapat mengusahakan sudah lulus/ sidang saat mendaftar beasiswa Monbukagakusho,” sambungnya.

Saat ditanya mengenai mimpinya usai dinyatakan lolos beasiswa Monbukagakusho dan rencana kariernya kelak, Arikasuci bercita-cita menjadi dosen dan ingin melakukan kolaborasi riset antara Indonesia dengan Jepang yang dapat menghasilkan kolaborasi penelitian internasional.

“Harapan saya masuk program itu dapat memperluas dan memperdalam ilmu saya di bidang tersebut,” katanya

Arikasuci berpesan agar mahasiswa UNS yang ingin mendapatkan beasiswa ke luar negeri agar secara aktif mencari informasi seputar negara dan kampus yang ingin dituju. Tidak hanya itu, ia mengingatkan agar mahasiswa UNS juga mencari informasi soal profesor atau dosen pembimbing melalui situs resmi kampus yang ingin dituju atau melihat paper. Caranya dapat dilakukan dengan melihat situs Scopus.

“Perlu aktif menjalin komunikasi atau berkonsultasi dengan calon dosen pembimbing, konsultasikan proposal penelitian jika ada dengan calon dosen pembimbing, serta yang tidak kalah penting berkonsultasi mengenai persyaratan yang dibutuhkan dengan dosen pendamping di UNS, bisa dengan pembimbing tugas akhir atau pembimbing akademik,” pungkasnya. (yef)