UNS, psj.lppm.uns.ac.id – Negara maju, teknologi, bersih, dan ada di benua Asia. Kira-kira ketika Anda dihadapkan pada ciri-ciri tersebut apa yang langsung ada di benakmu? Ya, pasti Anda akan langsung mengatakan bahwa ciri-ciri tersebut merujuk pada negara Jepang, bukan?
Sebagai salah satu negara maju di dunia, Jepang memang memiliki daya tariknya tersendiri. Bukan karena keindahan alamnya saja, namun kemajuan teknologi, kebersihan, dan keteraturan cara hidup masyarakatnya menjadi sebuah identitas yang amat melekat bagi Jepang.
Hal itulah yang langsung dirasakan oleh kontingen mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang berangkat ke Tokyo, Jepang untuk mewakili UNS dalam ajang Advanced Innovation Jam (AI-JAM) Japan 2019. Kontingen mahasiswa UNS yang terdiri dari Tema, Nur Hijrah, Intan, Sada, dan Nibras menceritakan bahwa kemajuan teknologi dan keteraturan masyarakat Jepang menjadi suatu kesan yang cukup mengena di benak mereka masing-masing.
Kepada Koresponden psj.lppm.uns.ac.id, salah satu kontingen, Nur Hijrah, menceritakan bahwa inovasi teknologi yang ia lihat selama mengikuti AI-JAM Japan 2019 membuatnya kagum sebab banyak sekali inovasi yang belum pernah ia lihat dan ia pikirkan sebelumnya.
“Semua karya mereka itu luar biasa. Bahkan, ada satu karya itu berupa rubrik yang bisa nge–solve sendiri. Dan, rubrik itu melayang sehingga saya mulai berpikir kok bisa mereka itu karyanya out of the box semua,” ungkap Nur Hijrah.
Kesan positif lain juga diungkapkan oleh Nibras. Selama di Jepang, ia dibuat kagum dengan sikap orang Jepang yang sangat mengapresiasi karya orang lain. Dengan adanya apresiasi yang diberikan masyarakat Jepang terhadap suatu karya, Nibras menuturkan bahwa hal tersebut dapat membuka ruang dan kesempatan bagi orang Jepang untuk berani dalam berkarya.
Baginya, sikap orang Jepang yang dapat menghargai karya orang lain tidak lepas dari konsistensi orang-orang Jepang dalam mengajarkan budaya luhur bangsanya secara turun temurun kepada generasi muda, termasuk dalam hal budaya keteraturan.
Bicara soal keteraturan, Nur Hijrah menceritakan bahwa ia dan teman-temannya sempat terpisah akibat jadwal kereta di Jepang sangat disiplin dan jeda disetiap keberangkatan kereta sangat singkat.
“Jadi, satu hari sebelum lomba kami ingin segera pulang ke penginapan kami di daerah Sumida. Ceritanya kami dari Staisun Oshiage, kami berlima terpisah karena kereta di sana (red: Jepang) sangat cepet jedanya sekitar 45 detik sampai 1 menit lalu berangkat lagi. Karena, jadwalnya sangat disiplin ya kami sempat panik karena mau persiapan lomba malah terpisah kereta,” pungkas Nur Hijrah
Senada dengan cerita Nur Hijrah, ketua kontingen Intan juga menceritakan bahwa selama di Jepang ia sempat merasa bingung sebab di Jepang ia jarang sekali mendapati kursi. Ia merasa bahwa selama di Jepang dalam hal berjalan pun ia dituntut untuk cepat dan teratur sehingga mau tidak mau ia harus menyesuaikan diri dengan budaya di sana.
Belajar dari pengalaman kelima mahasiswa UNS tersebut tentu kita bisa memetik satu pelajaran berharga bahwa majunya peradaban Jepang bukan diraih dengan memajukan teknologinya saja, namun juga mempertahankan keteraturan dan kedisiplinan cara hidup masyarakatnya. Meski, sudah banyak dimudahkan dalam kehidupan sehari-hari, faktanya orang Jepang juga tidak terlena dan bermalas-malasan dengan teknologi yang ada. (yef)