UNS, psj.lppm.uns.ac.id – Mahasiswi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta asal Program Studi (Prodi) Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Helen Kristin, terpilih untuk menjadi Koordinator Sakura Science Club (SSC) Indonesia. Terpilihnya Helen Kristin sebagai Koordinator SSC tidak lepas dari pengalamannya sebagai alumnus Sakura Science Plan (SSP) yang pernah ia ikuti dalam program short course bidang Ilmu Hayati di Kyoto Sangyo University (KSU) Jepang.

Helen Kristin terpilih sebagai koordinator SSC Indonesia melalui Pertemuan I Alumni SSC Indonesia yang digelar di Crowne Plaza Jakarta, Rabu (11/12/2019). Dalam forum tersebut, mahasiswi Prodi Biologi tersebut berharap melalui posisinya sebagai Koordinator SSC Indonesia dapat meningkatkan citra dan branding UNS sebagai salah satu kampus berkelas dunia atau world class university (WCU).

“Pertemuan Alumni SSC kemarin, saya ingin membuat nama UNS menjadi semakin dikenal oleh kalangan akademisi Indonesia, Japan Science and Technology Agency (JST) dan para tamu undangan. Hal ini dapat meningkatkan networking dari UNS untuk mewujudkan langkah UNS menuju world class university. Sekaligus, pertemuan kemarin menjadi jembatan untuk menjalin hubungan dengan akademisi Indonesia dan Jepang,” ujar Helen.

Kepada Koresponden psj.lppm.uns.ac.id, Helen bercerita bahwa pengalamannya bisa menginjakkan kaki di  Negeri Sakura merupakan momen yang sangat berharga baginya. Di Jepang, Helen mendapat kesempatan untuk mempelajari rekombinasi plasmid dan Adenosin Trifosfat (ATP) sintase.

Dengan ditemani oleh sejumlah mahasiwa dari berbagai negara, seperti Jepang, Thailand, dan Korea Selatan, Helen mendapat kesempatan untuk melakukan eksperimen di laboratorium Faculty of Life Science, KSU.

“Saya belajar banyak hal mengenai rekombinasi plasmid dan ATP sintase bersama dengan mahasiswa dari Jepang, Thailand, dan Korea Selatan yang diajarkan oleh profesor dari KSU. Selain itu, saya juga menikmati tur keliling Kyoto bersama teman-teman baru saya,” tambahnya.

Melalui pengalamannya saat mengunjungi Jepang, Helen berhasil memetik banyak pembelajaran berharga. Ia merasa bahwa ilmunnya saat ini masih kurang dan ia berkeinginan untuk terus belajar dan mengasah kemampuannya agar makin banyak pengetahuan baru bisa didapat olehnya.

“Saya menyadari bahwa masih banyak hal-hal yang dapat kita pelajari demi kemajuan bangsa Indonesia. Melihat bagaimana canggihnya teknologi dan terstrukturnya sistem edukasi di Jepang akan membuat kita “melek” terhadap perkembangan dunia. Selain itu, dengan mengikuti program SSC akan menambah relasi akademis dari negara lain dan hal ini dapat meningkatkan kesempatan kolaborasi antar akademisi.” (yef)